PEKANBARU(JKR)_Bahasa Indonesia bukan sekadar alat komunikasi, tetapi simbol kedaulatan dan jati diri bangsa. Semangat inilah yang menjadi sorotan dalam kegiatan Evaluasi Pembinaan Lembaga dalam Pengutamaan Bahasa Negara di Ruang Publik dan Dokumen Lembaga yang digelar di Ballroom Hotel Royal Asnof Pekanbaru, Kamis (30/10/2025) pagi.
Acara ini dibuka secara resmi oleh Dra. Hj. Masriyah, Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik yang mewakili Sekretaris Daerah Kota Pekanbaru.
Masriyah menyampaikan apresiasi kepada Balai Bahasa Provinsi Riau atas inisiatifnya menyelenggarakan kegiatan yang dinilai penting untuk memperkuat penggunaan bahasa Indonesia di berbagai lembaga.
“Bahasa Indonesia bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga simbol identitas dan kedaulatan bangsa. Penggunaannya yang baik dan benar, terutama di ruang publik serta dokumen resmi, adalah bentuk penghormatan terhadap jati diri kita sebagai bangsa,” ujar Masriyah.
Ia berharap kegiatan evaluasi ini menjadi momentum bagi seluruh lembaga di Kota Pekanbaru untuk semakin sadar dan bertanggung jawab dalam menggunakan bahasa Indonesia secara santun dan sesuai kaidah.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau, Dr. Umi Kalsum, S.S., M.Hum., menjelaskan bahwa kegiatan ini diikuti oleh 60 peserta yang mewakili 30 lembaga dari berbagai sektor mulai dari lembaga pemerintahan, sekolah, hingga lembaga swasta berbadan hukum seperti rumah sakit, hotel, dan pusat perbelanjaan.
“Kami ingin membangun kesadaran bahwa penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik adalah bagian dari kedaulatan bangsa. Masih banyak papan nama dan petunjuk di kota kita yang menggunakan bahasa asing tanpa disertai padanan bahasa Indonesia,” tutur Umi Kalsum.
Menurutnya, Balai Bahasa telah melakukan audiensi dan pendataan di 30 lembaga tersebut, mencakup 50 titik penggunaan bahasa di setiap lembaga, seperti papan nama, spanduk, produk, hingga dokumen resmi. Dari hasil analisis, masih banyak yang belum sesuai kaidah bahasa Indonesia.
Balai Bahasa kemudian memberikan masukan dan pendampingan agar lembaga-lembaga itu menyesuaikan penggunaan bahasa mereka. Targetnya, ada peningkatan minimal 5% perbaikan dari hasil evaluasi sebelumnya.
Sebagai bentuk dorongan positif, Balai Bahasa akan memberikan apresiasi khusus kepada lembaga yang berhasil menunjukkan perubahan signifikan dalam mengutamakan bahasa Indonesia di ruang publik maupun dokumen resmi.
“Kalau dulu hanya ada tulisan No Smoking, sekarang kami ingin ada padanannya ‘Dilarang Merokok’. Begitu juga dengan ‘Meeting Room’ yang sebaiknya ditulis ‘Ruang Pertemuan (Meeting Room)’. Bahasa asing boleh digunakan, tetapi bahasa Indonesia harus tetap menjadi utama,” jelas Umi.
Dalam kesempatan itu, Umi juga mengingatkan bahwa bahasa Indonesia lahir dari bahasa Melayu, sehingga masyarakat Riau memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga dan mengembangkannya. Ia menegaskan kembali slogan “Trigatra Bangun Bahasa”, yaitu:
1.Utamakan Bahasa Indonesia
2.Lestarikan Bahasa Daerah
3.Kuasai Bahasa Asing.
“Kalau tidak ada bahasa Indonesia, mungkin tidak akan ada Indonesia. Bahasa ini yang mempersatukan kita dari Sabang sampai Merauke,” ujarnya.
Selain mengutamakan bahasa negara, Balai Bahasa Provinsi Riau juga terus berupaya melestarikan bahasa daerah. Dalam waktu dekat, mereka akan menggelar Festival Tunas Bahasa Ibu pada 8–11 November di Hotel Mutiara Pekanbaru.
Festival ini akan diikuti oleh pelajar SD dan SMP dengan tujuh cabang lomba, antara lain menulis cerpen, membaca puisi, menulis aksara Arab Melayu, stand up comedy, pidato, dan mendongeng — semuanya menggunakan bahasa daerah.
“Kami ingin menumbuhkan kembali kecintaan generasi muda terhadap bahasa daerah. Bahasa ibu adalah warisan budaya yang harus dijaga, bukan ditinggalkan,” pungkas Umi Kalsum.
Melalui kegiatan evaluasi dan pembinaan ini, Pemerintah Kota Pekanbaru bersama Balai Bahasa Provinsi Riau berharap agar seluruh lembaga dapat menjadi contoh nyata dalam mengutamakan bahasa Indonesia di ruang publik.
“Sudah saatnya kita menjadi tuan di negeri sendiri. Mari kita bangga menggunakan bahasa Indonesia di setiap sudut kota,” tutup Umi dengan penuh semangat.