Dispusip Pekanbaru Dorong Inovasi Literasi dan Arsip Digital

Dispusip Pekanbaru Dorong Inovasi Literasi dan Arsip Digital

PEKANBARU(JKR)_Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Kota Pekanbaru terus berupaya menghadirkan inovasi di bidang literasi dan kearsipan. Kepala Dispusip Pekanbaru, Muhammad Amin, menegaskan bahwa program-program yang telah berjalan baik selama ini akan diteruskan, sekaligus diperkuat dengan gebrakan baru sesuai arahan Wali Kota.

“Pekerjaan di bidang perpustakaan dan kearsipan sudah cukup baik sejak pendahulu kami. Tinggal bagaimana kita melakukan inovasi agar literasi dan arsip bisa lebih hidup di tengah masyarakat,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (2/10/2025).

Muhammad Amin menekankan, literasi tidak sekadar kemampuan membaca, tetapi juga memahami dan mengaktualisasikan informasi untuk menyelesaikan persoalan hidup. Pemerintah kota pun menjadikan literasi sebagai sarana membentuk karakter masyarakat, termasuk dalam hal budi pekerti dan akhlak.

“Manusia lahir ibarat kertas putih. Literasi adalah cara untuk mengisi dirinya dengan hal-hal positif,” jelasnya.

Untuk itu, Pemko Pekanbaru menghadirkan berbagai program literasi, mulai dari penunjukan duta baca hingga pembangunan pusat literasi berbasis digital.

Salah satu inovasi yang kini sudah berjalan adalah hadirnya Pojok Baca Digital. Saat ini, Pekanbaru memiliki dua fasilitas pojok baca digital, salah satunya di kawasan Kaca Mayang. Uniknya, gedung pojok baca tersebut dibangun dari material bekas PLTU yang diolah kembali, dengan dukungan CSR PLN.

“Di dalamnya tersedia komputer, aplikasi digital, serta lebih dari 6.000 koleksi buku. Ada juga pojok baca di ruang publik, seperti taman di depan Rumah Pohon, bahkan di Puskesmas. Semua ini agar masyarakat lebih mudah mengakses bacaan,” kata Amin.

Meski akses literasi semakin mudah, ia mengingatkan pentingnya filter dalam memilih konten digital. Maraknya informasi tidak sehat, terutama di media sosial, kerap membuat remaja menghabiskan waktu pada hal-hal yang tidak produktif.

“Konten negatif hanya menguntungkan pembuatnya secara materi, tapi merugikan pengguna. Alangkah baiknya kalau energi dan uang yang dikeluarkan dipakai untuk menambah pengetahuan,” tambahnya.

Pekanbaru memiliki sedikitnya 650 perpustakaan, dengan salah satu yang terbesar adalah Perpustakaan Tenas Effendi. Fasilitas ini bahkan buka setiap hari, termasuk akhir pekan, untuk melayani masyarakat yang ingin menambah wawasan.

Dispusip juga mendorong partisipasi warga dengan menghibahkan buku, agar bisa dibagikan kembali kepada masyarakat luas melalui jaringan perpustakaan yang ada.

“Kami mengajak masyarakat, tokoh, seniman, wartawan, hingga pelajar, mari datang ke perpustakaan. Gunakan fasilitas yang ada untuk mendalami pengetahuan. Mari kita jadikan literasi sebagai budaya bersama,” tutup Muhammad Amin.

Berita Lainnya

Index